Anda mungkin terkesan dengan bagaimana perbedaan signifikan kecepatan dari SSD, terutama pada jenis protokol terbarunya yaitu NVMe terutama di seri generasi terbarunya. Meskipun SSD (Solid State Drive) memiliki banyak keunggulan dibandingkan HDD (Hard Disk Drive) seperti kecepatan yang lebih tinggi, lebih tahan guncangan, dan lebih hemat daya, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan pemilihan media penyimpanan. Berikut beberapa kekurangan SSD jika dibandingkan dengan HDD
1. Harga Lebih Mahal. Harga per GB SSD masih lebih tinggi dibandingkan HDD, meskipun sudah mulai turun.
2. Kapasitas Terbatas. SSD berkapasitas besar jauh lebih mahal dibandingkan HDD dengan kapasitas yang sama.
3. Umur Terbatas (Write Cycle). SSD memiliki jumlah siklus tulis (P/E cycles) terbatas, yang artinya semakin sering ditulis, semakin cepat umur SSD berkurang.
4. Kinerja Menurun Jika Hampir Penuh. Jika ruang penyimpanan hampir penuh, kecepatan SSD bisa menurun karena mekanisme penyebaran data (wear leveling).
5. Sulit Memulihkan Data Jika Rusak. Berbeda dengan HDD yang masih bisa dilakukan recovery data secara mekanis, jika SSD mengalami kerusakan, sering kali data sulit atau bahkan tidak bisa dipulihkan.
6. Tidak Cocok untuk Penyimpanan Jangka Panjang Tanpa Daya. SSD bisa kehilangan data jika dibiarkan dalam kondisi tanpa daya dalam waktu yang sangat lama, meskipun ini jarang terjadi dalam penggunaan normal.
Lebih jauh lagi, SSD memiliki masa pemakaian yang diukur seberapa sering dia digunakan untuk menulis data di dalamnya. Unit ukur masa/umur (lifespan) dari sebuah SSD dideskripsikan dengan Write Cycle.
APA ITU WRITE CYCLE PADA SSD
SSD menyimpan data menggunakan sel memori flash yang memiliki batas jumlah siklus tulis/hapus (Write/Erase Cycle). Setiap kali data ditulis atau dihapus, sel memori mengalami degradasi. Seiring waktu, sel-sel memori ini akan mengalami keausan dan akhirnya tidak dapat lagi menyimpan data dengan baik.
Satuan Pengukuran Umur SSD
Umur SSD diukur menggunakan beberapa metrik utama:
1. P/E Cycle (Program/Erase Cycle). Merupakan jumlah maksimum siklus tulis/hapus yang dapat ditangani oleh sel memori sebelum mulai mengalami degradasi. Berbeda tergantung jenis NAND flash:
SLC (Single-Level Cell): ~100.000 P/E cycle
MLC (Multi-Level Cell): ~3.000 – 10.000 P/E cycle
TLC (Triple-Level Cell): ~500 – 3.000 P/E cycle
QLC (Quad-Level Cell): ~150 – 1.000 P/E cycle
2. TBW (Terabytes Written). Mengukur total data yang dapat ditulis ke SSD selama masa pakainya sebelum mengalami kegagalan. Contoh: SSD dengan TBW 600 berarti bisa menulis total 600 Terabyte data sebelum ada kemungkinan terjadi degradasi.
3. DWPD (Drive Writes Per Day)
Menunjukkan berapa kali seluruh kapasitas SSD bisa ditulis ulang per hari selama masa garansi. Contoh: SSD 1TB dengan 1 DWPD selama 5 tahun berarti dapat ditulis 1TB data setiap hari selama 5 tahun sebelum mencapai batas keausannya.
Jadi, kenapa SSD tidak cocok digunakan dalam penyimpanan jangka panjang?
SSD (Solid State Drive) menggunakan memori NAND flash untuk menyimpan data, yang memiliki kelemahan dalam penyimpanan jangka panjang jika tidak dialiri daya dalam waktu lama. Berikut beberapa alasannya:
1. Risiko Data Degradation (Peluruhan Data)
SSD menyimpan data dalam sel memori NAND menggunakan muatan listrik. Jika SSD tidak mendapatkan daya dalam waktu lama, muatan listrik dalam sel memori bisa perlahan hilang, menyebabkan data corruption atau kehilangan data. Semakin lama tidak digunakan, semakin besar risiko data menjadi tidak bisa diakses. SSD dengan kualitas rendah atau sering digunakan memiliki sel NAND yang lebih cepat mengalami degradasi. Dalam kondisi ekstrem (misalnya suhu tinggi), data bisa mulai hilang dalam beberapa bulan tanpa daya.
2. Perintah TRIM dan Wear Leveling Bisa Menyulitkan Recovery Data
SSD menggunakan fitur TRIM, yang langsung menghapus data ketika dihapus oleh pengguna. Selain itu, SSD memiliki wear leveling, yang menyebarkan data ke berbagai blok untuk memperpanjang umur SSD. Jika SSD dibiarkan terlalu lama tanpa daya, wear leveling bisa membuat struktur penyimpanan berubah, menyulitkan recovery data setelah bertahun-tahun.
3. Umur NAND Flash Terbatas (P/E Cycle)
Setiap sel memori dalam SSD memiliki batas P/E Cycle (Program/Erase Cycle), yang membatasi berapa kali data bisa ditulis dan dihapus sebelum selnya aus. Jika SSD sudah mendekati batas siklusnya, data lebih rentan terhadap kehilangan, terutama jika tidak mendapatkan daya untuk mempertahankan stabilitas sel memori. NAND flash tipe TLC dan QLC lebih cepat mengalami degradasi dibanding MLC atau SLC. SSD berkualitas tinggi dengan endurance lebih tinggi mungkin lebih tahan lama, tetapi tetap tidak ideal untuk penyimpanan jangka panjang tanpa daya.
4. Sensitif terhadap Suhu dan Lingkungan
SSD lebih sensitif terhadap perubahan suhu ekstrem dibanding HDD. Suhu tinggi dapat mempercepat peluruhan muatan listrik dalam sel NAND, menyebabkan kehilangan data lebih cepat. Jika disimpan dalam lingkungan tidak stabil, SSD bisa kehilangan data lebih cepat dibanding HDD. Studi menunjukkan bahwa SSD bisa mulai kehilangan data dalam 1-2 tahun tanpa daya, terutama jika disimpan dalam suhu tinggi (>30°C). HDD, di sisi lain, bisa menyimpan data dalam 5-10 tahun tanpa daya jika disimpan dengan benar
Bagaimana Memperpanjang Umur SSD?
- Gunakan SSD dengan over-provisioning (ruang kosong untuk wear leveling).
- Hindari menulis atau menghapus data berlebihan, seperti penggunaan untuk caching intensif.
- Gunakan fitur TRIM agar sistem operasi mengelola penyimpanan lebih efisien.
- Jangan isi SSD sampai penuh karena bisa mempercepat keausan sel memori.
Kalau anda ingin memilih SSD, bisa lihat spesifikasi TBW dan DWPD untuk memperkirakan daya tahannya sesuai kebutuhan. Dimasa kini banyak sekali manufaktur yang menawarkan TBW tinggi, namun dengan masa garansi tidak lebih dari 3 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung.